
Gerakan perlawanan bersenjata terhadap pemerintah yang dipimpin militer Myanmar mengkritik junta karena melakukan serangan udara di desa-desa saat negara itu terguncang oleh gempa bumi bermagnitudo (M) 7,7. Gempa itu telah menewaskan sekitar 1.700 orang.
Dilansir Reuters , Senin (31/3/2025), Serikat Nasional Karen, salah satu tentara etnis tertua di Myanmar, mengatakan junta terus melakukan serangan udara yang menargetkan wilayah sipil, bahkan ketika penduduk sangat menderita akibat gempa bumi.
Kelompok tersebut mengatakan, dalam kondisi normal, militer seharusnya memprioritaskan upaya bantuan bagi korban gempa. Dia mengatakan kondisi sebaliknya terjadi di Myanmar di mana militer malah melakukan pengerahan pasukan untuk menyerang rakyatnya.