
Sebuah fasilitas umum yang terbakar, lalu adegannya disiarkan live melalui media sosial. Ribuan orang menonton, ribuan komentar membanjiri layar, dan dalam hitungan menit narasi pun terbentuk: ada yang merasa marah, ada yang merasa bangga, ada pula yang hanya ikut-ikutan menyebarkan. Pertanyaannya, apakah tayangan semacam itu sekadar informasi, atau justru provokasi?
Riset menunjukkan bahwa misinformasi dan disinformasi bukan hanya soal benar atau salah. Studi tahun 2024 menegaskan bahwa bahaya utama terletak pada pergeseran fakta menjadi opini, yang kemudian diperlakukan seakan-akan sebagai kebenaran mutlak. Akibatnya, publik kehilangan kemampuan untuk membuat penilaian rasional.
Brookings Institution menambahkan, disinformasi yang sistemik mampu menggerus kepercayaan publik terhadap demokrasi. Warga menjadi skeptis, bukan hanya pada media, tetapi juga pada institusi politik yang mestinya menjadi penopang stabilitas sosial.