
Asta Cita, sebagai kompas yang menuntun arah pemerintahan Presiden Prabowo, menempatkan keadilan sosial dan pemerataan ekonomi sebagai inti dari perjuangan nasional. Dari delapan pilar yang tersusun, tiga di antaranya adalah kemandirian ekonomi (economic sovereignty), ketahanan pangan (food resilience), dan keadilan sosial (social justice) bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu variabel kuncinya adalah ekonomi yang berpihak pada petani, buruh, dan pelaku UMKM.
Dalam pidato perdananya pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo menegaskan komitmennya untuk memajukan ekonomi rakyat dan membebaskan Indonesia dari cengkeraman oligarki. Spektrum ekonomi rakyat tersebut juga mencakup ekonomi keumatan. Sebagai negara yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama, maka kepentingan umat beragama adalah bagian dari tanggung jawab negara. Tak jarang, agenda-agenda keumatan bersinggungan langsung dengan agenda kebangsaan.
Salah satu momen yang mencerminkan agenda keumatan itu adalah ibadah kurban. Di balik makna ibadahnya yang dalam, kurban juga mengajarkan nilai-nilai berbagi, kepedulian, dan keadilan sosial. Ibadah ini memadukan dimensi hablunminallah dan hablunminannas dalam satu laku spiritual dan sosial.