
Latar Belakang
Peter F. Drucker mengingatkan bahwa “ancaman terbesar di masa kacau adalah bukan kacau itu sendiri, melainkan bertindak dengan logika hari kemarin.” Peringatan ini mungkin menjadi petunjuk bagi Kiai Miftah dalam menangani peran barunya sebagai Rais Aam PBNU.
Fakta Penting
Menjadi pemimpin tertinggi NU tidak pernah ada dalam rencana kh. miftachul akhyar. Bahkan, sesaat setelah KH. Ma’ruf Amin diumumkan sebagai bakal calon wakil presiden pada 9 Agustus 2018, Kiai Miftah mematikan handphone selama dua hari sebagai bentuk protes. Sebagai Wakil Rais Aam PBNU, Kiai Miftah secara otomatis menggantikan posisi Ma’ruf Amin, tetapi beliau menyadari bahwa posisi tersebut tidaklah mudah.
Dampak
Kisah Kiai Miftah menunjukkan betapa pentingnya adaptasi dalam organisasi seperti NU. Pemimpin NU harus mampu melampaui logika masa lalu dan memikirkan strategi baru untuk memelihara supremasi Syuriyah NU. Ini bukan hanya tantangan bagi Kiai Miftah, tetapi juga ujian bagi NU sebagai ormas Islam terbesar di dunia.
Apa yang akan terjadi jika Kiai Miftah gagal menavigasi tantangan ini? Jawabannya mungkin menentukan masa depan NU dan peran Islam moderat dalam konteks global.










