
Latar Belakang
Pernyataan ikonis John F. Kennedy, “Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu,” menjadi seruan moral untuk partisipasi aktif warga negara. Namun, di era politik modern yang semakin terfragmentasi, dengan ketimpangan ekonomi dan kepercayaan sosial yang merosot, ajakan ini semakin kehilangan daya tarik. Bagaimana mungkin warga diminta berkontribusi jika mereka merasa terpinggirkan dalam sistem yang timpang?
Fakta Penting
Identitas kepemimpinan, atau leadership berbasis identitas, menawarkan jawaban dengan mendorong rasa identitas kolektif di masyarakat. Teori ini, yang berasal dari karya Tajfel dan Turner, menekankan bahwa individu merasa lebih berdaya saing ketika terhubung sebagai bagian dari kelompok sosial yang lebih besar. Namun, dalam konteks realitas politik yang dipenuhi ketimpangan, narasi persatuan sering menjadi alat retoris tanpa dampak nyata.
Dampak
Nelson Mandela menjadi contoh sukses identitas kepemimpinan dengan menggandeng berbagai kelompok etnis di Afrika Selatan. Namun, ketika digunakan eksklusif untuk memperkuat loyalitas kelompok tertentu, seperti halnya dengan pemimpin populis, retorika persatuan justru memicu polarisasi dan konflik sosial.
Penutup
Identitas kepemimpinan dan partisipasi warga menjadi pertanyaan besar di era modern. Apakah konsep ini tetap relevan dalam mengatasi ketimpangan struktural, atau hanyalah ilusi yang menutupi ketidakadilan? Dalam konteks saat ini, jawabannya tergantung pada kemampuan pemimpin untuk menciptakan narasi inklusif yang nyata dan berdampak pada semua lapisan masyarakat.