Berita

Tarif AS sebagai Pemicu: Anomali Kapitalisme Menuju Perang Dingin Modern

×

Tarif AS sebagai Pemicu: Anomali Kapitalisme Menuju Perang Dingin Modern

Sebarkan artikel ini
Tarif AS sebagai Pemicu: Anomali Kapitalisme Menuju Perang Dingin Modern
Tarif AS sebagai Pemicu: Anomali Kapitalisme Menuju Perang Dingin Modern

Kebijakan tarif yang diberlakukan Donald Trump, baik saat menjabat maupun dalam retorikanya menjelang pemilu, menghadirkan sebuah anomali besar dalam sistem kapitalisme global. Negara yang selama ini menjadi arsitek perdagangan bebas global justru tampil sebagai aktor utama yang merusaknya.

Kapitalisme adalah sistem yang hidup dalam ekosistem global. Ia dibesarkan dalam semangat multilateralisme, di mana negara-negara saling terhubung melalui perdagangan, investasi, dan pergerakan barang dan jasa yang relatif bebas. Dalam semangat ini, Amerika Serikat (AS) membentuk institusi-institusi global seperti WTO dan mendorong perjanjian perdagangan seperti NAFTA dan TPP. Namun, saat Trump menerapkan tarif secara unilateral terhadap hampir semua negara –termasuk sekutu-sekutunya– ia seolah mencabut fondasi utama dari sistem tersebut. Negara-negara yang selama ini menggantungkan hidupnya pada arsitektur perdagangan bebas, seperti Singapura atau Vietnam, menjadi pihak yang paling terdampak. Uniknya, AS –yang sejatinya paling diuntungkan dari sistem ini– justru menjadi negara pertama yang secara terang-terangan menarik diri. Bagi saya, ini bukan sekadar kebijakan ekonomi, melainkan deklarasi kekalahan AS dalam sistem yang ia bangun sendiri. Ini adalah sebuah ironi historis, bahkan mungkin sebuah bentuk neo-merkantilisme, di mana negara kembali mengambil alih kendali utama atas perdagangan, bukan lagi perusahaan multinasional atau pasar.

Efek Domino Bila kita tarik ke belakang, sistem merkantilisme dalam sejarah selalu menempatkan negara sebagai aktor utama ekonomi, dengan orientasi utama pada akumulasi kekayaan nasional dan neraca perdagangan yang positif. Namun, sistem ini juga menyimpan benih konflik. Ketika negara-negara bersaing ketat untuk menguasai pasar dan sumber daya, sejarah menunjukkan bahwa akhirnya kerap berujung pada konflik besar, bahkan perang. Apakah kita sedang menuju ke sana?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *