
Latar Belakang
Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i mengejutkan publik dengan pernyataannya yang mendukung tuntutan THR dari sejumlah Ormas kepada perusahaan. Dia menggambarkan perilaku tersebut sebagai bagian dari budaya berlebaran di Indonesia. Namun, pernyataan ini menimbulkan pertanyaan, terutama mengingat latar belakang Romo Syafi’i sebagai seorang guru agama sebelum terjun ke dunia politik.
Inti Berita
Seharusnya, Romo Syafi’i merujuk pada hadits yang menekankan pentingnya memberi daripada menerima, atau bahkan menceritakan kisah Abdullah bin Ja’far dan budak hitam di kebun kurma, yang menggambarkan nilai keadilan dan dermawan dalam Islam. Namun, pernyataannya justru menimbulkan polemik, terutama karena menyangkut praktek meminta-minta dana yang bisa dianggap intimidatif.
Dampak
Pernyataan ini telah memicu diskusi luas di masyarakat, terutama mengenai batasan antara budaya berlebaran dan perilaku yang bisa dianggap menyalahgunakan otoritas. Kisah budak beri makan anjing dan THR Ormas menjadi simbol polemik antara tradisi dan etika modern.
Penutup
Apakah Romo Syafi’i telah memahami konteks sosial dan agama dengan baik? Dampak pernyataannya tidak hanya pada Ormas, tetapi juga pada citra pemerintah dan nilai-nilai agama yang dianut masyarakat.