
Latar Belakang
Dengan total pemilih mencapai 56 persen, Jawa menjadi kunci utama pemenangan pemilu. Temuan Afan Gaffar dalam Javanese Voters: A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System (1992) terasa masih cukup relevan untuk melihat dan meneropong perilaku pemilih Jawa.
Perilaku Sosial dan Budaya
Gaffar menyebutkan bahwa perilaku pemilih Jawa banyak dipengaruhi oleh struktur sosial dan budaya, bukan hanya pertimbangan logis atau ideologis. Trisula wajah pemilih yang dikategorikan Clifford Geertz sebagai abangan, santri, dan priyayi menjadi landasan penting dalam memahami dinamika pemilu di Jawa.
Dampak pada Pemilu
Para pemilih ini menganut nilai-nilai dan norma seperti rukun, harmonis, dan gotong-royong serta model patron-client relationship yang loyalitas terhadap figur otoritatif pada akar jaringan sosial tradisionalnya. Gaffar menyebutkan bahwa legitimasi kultural dan sosial, terutama melalui norma priyayi dan sistem patronase, menjadi tekanan budaya dan moral bagi para pemilih.
Penutup
Dengan memahami dinamika sosial dan budaya di Jawa, pemenangan pemilu dapat dirancang lebih efektif. Bagaimana implikasi ini terhadap strategi politik masa depan? jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan arah pemenangan di Jawa.
“`










