Pembuka: Pertandingan yang Menjanjikan Namun Tidak Menyenangkan
Pekan kelima Premier League menyuguhkan duel keras antara Arsenal dan Manchester City di Emirates Stadium, Minggu (21/9/2025) malam WIB. Pertandingan ini diprediksi akan penuh dengan serangan balasan menarik, namun kenyataannya jauh dari harapan. Man City tampil sangat defensif setelah unggul di menit kesepuluh lewat gol Erling Haaland, dan strategi mereka pun diolok-olok sebagai ‘haramball’.
Jalannya Pertandingan: Strategi Defensif Man City
Manchester City memang terkenal dengan taktik possession ball yang menyerang, namun dalam laga ini, Pep Guardiola lebih memilih pendekatan bertahan yang solid. Tim asuhannya hanya memiliki 45% penguasaan bola dan 12 kali tembakan, dengan hanya 3 di antaranya on target. Pemain seperti Kevin De Bruyne dan Ilkay Gundogan terlihat kurang aktif, sementara Arsenal lebih banyak menguasai lapangan dengan 18 kali tembakan, namun hanya 5 yang on target.
Statistik Kunci: Performa yang Menyedihkan
Menurut data liga, Man City hanya mampu menciptakan 3 peluang emas selama pertandingan, sementara Arsenal mencatatkan 7 peluang. Lebih mengecewakan lagi, City hanya memiliki 1 tembakan di dalam kotak penalti, sementara Arsenal memiliki 4. Ini menjadi bukti bahwa strategi ‘haramball’ yang mereka terapkan tidak efektif dalam menciptakan peluang yang berarti.
Pandangan Pelatih: Pep Guardiola dan Reaksi Arsenal
Setelah pertandingan, Pep Guardiola mengakui bahwa strategi yang dipilih bukan pilihan pertamanya, namun kondisi lapangan dan kekuatan Arsenal membuatnya harus memilih opsi defensif. Di sisi lain, pelatih Arsenal, Mikel Arteta, merasa bahwa timnya lebih pantas memenangkan pertandingan, namun kurangnya akurasi finishing membuat mereka gagal merebut kemenangan.
Penutup: Prediksi untuk Pertandingan Mendatang
Pertandingan ini menjadi catatan penting bagi Man City untuk memperbaiki taktik mereka. Pada pertandingan berikutnya, City harus lebih agresif dan mencari solusi untuk menghindari label ‘haramball’. Sementara bagi Arsenal, ini adalah momentum untuk terus meningkatkan performa finishing mereka agar tidak kembali kecewa di pertandingan-pertandingan berikutnya.
